Ketidakpuasan Publik Mengantarkan AfD ke Puncak: Sejarah Baru Kemenangan Partai Sayap Kanan di Jerman Pasca Perang Dunia II

by admin
0 comment

Oleh: Ahmad Pradipta B.A

Baru-baru ini, partai sayap kanan Alternative for Germany (AfD) meraih kemenangan besar dalam pemilihan negara bagian Thuringia di Jerman. AfD memenangkan 32,8% suara, menjadikannya partai sayap kanan pertama yang memenangkan pemilu besar sejak era Nazi. Keberhasilan ini merupakan kemenangan penting bagi gerakan ultra nasionalis dan anti-imigrasi di Jerman, terutama di wilayah timur bekas Jerman Timur, seperti Thuringia dan Saxony. Partai sayap kanan Alternative for Germany (AfD) didirikan pada tahun 2013 oleh para ekonom konservatif dan akademisi yang awalnya menentang kebijakan bailout euro di Eropa. Pada awalnya, AfD adalah partai yang lebih moderat dan berfokus pada isu-isu ekonomi konservatif. Namun, pada 2015, partai ini bertransformasi secara signifikan dengan adopsi agenda nasionalis dan anti-imigrasi, terutama dipicu oleh krisis pengungsi yang melanda Eropa pada tahun tersebut. Perubahan ini menarik perhatian para pemilih yang skeptis terhadap imigrasi dan kebijakan multikulturalisme di Jerman. AfD kemudian berkembang menjadi partai yang secara eksplisit menolak kebijakan imigrasi, integrasi Eropa, dan tindakan terhadap perubahan iklim. Selain itu, AfD juga bersikap kritis terhadap dukungan militer Jerman untuk Ukraina dalam konflik dengan Rusia.

Setelah 2015, ketika Jerman menerima lebih dari satu juta pengungsi, AfD mulai mempromosikan kebijakan anti-imigrasi, dan mengadopsi retorika politik yang lebih nasionalis serta xenofobik. Mereka juga skeptis terhadap Uni Eropa dan kebijakan perubahan iklim yang dianggap membebani perekonomian Jerman. AfD mendapatkan popularitas di kalangan pemilih yang merasa tidak diwakili oleh partai-partai arus utama dan yang khawatir dengan perubahan demografi dan keamanan di Jerman. AfD berkembang pesat di wilayah bekas Jerman Timur (seperti Thuringia dan Saxony), di mana tingkat kesejahteraan ekonomi lebih rendah dibandingkan dengan wilayah barat. Di daerah-daerah ini, AfD berhasil menarik dukungan dari pemilih yang kecewa dengan pemerintah pusat, terutama terkait isu imigrasi dan keamanan​.

Pemimpin AfD di Thuringia, Björn Höcke, adalah tokoh sentral dalam kemenangan AfD. Dia dikenal dengan pandangannya yang ekstrem dan sering memberikan pendapat yang kontroversial karena menggunakan retorika terkait dengan era Nazi. Höcke sering menjadi sorotan karena posisinya yang keras terhadap imigran dan menolak narasi mainstream tentang sejarah Jerman. Meski dianggap sebagai ekstremis, ia berhasil membangun basis dukungan yang kuat di Thuringia. Selain itu ada pula Alice Weidel yang juga merupakan salah satu pemimpin nasional AfD dan salah satu arsitek utama strategi politik partai. Ia terkenal dengan pandangan dan kritiknya terhadap Uni Eropa serta kebijakan imigrasi pemerintah Jerman. Weidel juga memainkan peran penting dalam menjaga agar AfD tetap menjadi kekuatan politik signifikan di Jerman, meski menghadapi resistensi dari partai-partai lain.

Latar Belakang Sosial Budaya Wilayah Thuringia dan Saxony

Thuringia dan Saxony adalah dua wilayah di bagian timur Jerman yang memiliki latar belakang sosial-budaya yang kaya dan unik, terutama karena sejarah mereka yang terkait dengan bekas Jerman Timur (German Democratic Republic atau GDR). Sejarah ini memberikan dampak yang signifikan terhadap karakteristik sosial, budaya, dan politik masyarakat di kedua negara bagian tersebut. Thuringia dan Saxony pernah menjadi bagian dari Jerman Timur selama periode Perang Dingin, yang berlangsung dari 1949 hingga bersatunya Jerman pada 1990. Selama masa tersebut, wilayah tersebut berada di bawah pemerintahan komunis dan memiliki sistem ekonomi yang berbeda dengan Jerman Barat, yang mempengaruhi perkembangan ekonomi dan sosial budaya masyarakatnya. Pasca bergabungnya Jerman barat dan timur, wilayah ini mengalami transisi yang sulit dari sistem sosialis menuju kapitalisme. Proses ini meninggalkan bekas yang mendalam, terutama di bidang ekonomi dan identitas masyarakat. Banyak daerah di Thuringia dan Saxony mengalami deindustrialisasi, yang menyebabkan tingginya tingkat pengangguran dan migrasi penduduk, terutama kaum muda ke Jerman Barat yang lebih makmur.

Banyak penduduk Thuringia dan Saxony masih merasa memiliki identitas yang berbeda dengan wilayah barat Jerman. Ini termasuk warisan sosialisme serta rasa frustrasi terhadap ketidakadilan ekonomi yang mereka alami pasca bersatunya Jerman. Hal ini sering kali menimbulkan rasa keterasingan dari pemerintah pusat dan partai-partai politik arus utama, yang mereka anggap lebih berfokus pada kepentingan Jerman Barat. Selain itu, masyarakat dikedua wilayah tersebut ada kecenderungan untuk mempertahankan kesadaran sejarah dan kebanggaan lokal, terutama dalam konteks budaya dan tradisi Jerman Timur. Beberapa masyarakat di wilayah ini merayakan tradisi-tradisi lokal yang kuat, baik dalam seni, kerajinan, maupun perayaan-perayaan tahunan.

Penyebab Kemenangan AfD

Kemenangan Alternative for Germany (AfD) di Jerman, khususnya di wilayah seperti Thuringia pada tahun 2024, menandakan pergeseran penting dalam politik Jerman. Di daerah-daerah bekas Jerman Timur, banyak orang merasa bahwa globalisasi dan kebijakan Uni Eropa telah menyebabkan hilangnya pekerjaan dan kesempatan ekonomi lokal. AfD menggunakan narasi bahwa partai-partai arus utama terlalu terfokus pada kepentingan global dan kebijakan lingkungan yang dianggap merugikan masyarakat lokal​. Selain itu, Kemenangan AfD sebagian besar didorong oleh sentiment keras terhadap imigran, terutama setelah krisis pengungsi tahun 2015. Banyak pemilih merasa khawatir dengan perubahan demografi dan kebijakan pemerintah yang mereka anggap terlalu lunak terhadap imigran dan pengungsi. Serangan keamanan baru-baru ini oleh imigran juga memperkuat narasi bahwa pemerintah gagal melindungi warga negara Jerman. Bagi sebagian penduduk wilayah ini, masih ada nostalgia terhadap era Jerman Timur, di mana negara lebih terkontrol secara ekonomi dan sosial. AfD berhasil memanfaatkan nostalgia ini dengan menawarkan alternatif terhadap apa yang mereka pandang sebagai liberalisme ekonomi yang tidak terkendali dari pemerintah pusat​.

Dampak Kemenangan AfD

Kemenangan AfD memperkuat polarisasi politik di Jerman. Partai-partai arus utama, seperti CDU (Christian Democratic Union) dan SPD (Social Democratic Party), menolak berkoalisi dengan AfD karena pandangan ekstrem partai tersebut. Akibatnya, pembentukan pemerintahan di tingkat negara bagian menjadi lebih sulit, menciptakan kebuntuan politik yang bisa memperlambat pengambilan kebijakan. AfD berfungsi sebagai simbol perlawanan terhadap kebijakan imigrasi liberal, Uni Eropa, dan perubahan iklim. Polarisasi ini bisa memperdalam ketegangan sosial di Jerman, dengan peningkatan sentiment anti-imigran dan penolakan terhadap pluralisme budaya yang bisa memperparah perpecahan antara masyarakat di Jerman Timur dan Barat.

Disisi lain, Kemenangan AfD memberikan platform bagi mereka yang merasa tidak diwakili oleh partai-partai arus Utama. Dengan AfD memegang kekuasaan yang lebih besar, isu-isu yang diabaikan seperti pengangguran, kesenjangan ekonomi, dan ketidakpuasan terhadap kebijakan imigrasi dapat lebih diperhatikan oleh pemerintah pusat. Kehadiran AfD di parlemen regional dapat memaksa partai-partai ini untuk lebih mendengarkan kekhawatiran konstituen dan mungkin mengadopsi kebijakan yang lebih inklusif untuk merespon tuntutan pemilih yang lebih beragam. ​

Akankah Berpengaruh dalam Skala Nasional?

AfD telah berhasil memenangkan dukungan yang signifikan di wilayah-wilayah bekas Jerman Timur seperti Thuringia dan Saxony, yang masih merasakan dampak dari ketidaksetaraan ekonomi dan sosial pasca bersatunya Jerman. Jika momentum ini terus berlanjut, AfD bisa memperluas pengaruhnya ke wilayah-wilayah lain yang juga menghadapi masalah serupa, terutama di wilayah pedesaan dan area yang kurang berkembang di Jerman Barat. Kemenangan di dua negara bagian ini bisa menjadi “titik awal” bagi AfD untuk meraih lebih banyak suara dalam pemilihan umum di tingkat nasional.

Namun, meskipun kemenangan AfD di Thuringia dan Saxony tinggi, ada beberapa batasan dalam penerapan pengaruh tersebut di skala nasional. Terutama di Jerman Barat, khususnya di wilayah-wilayah urban seperti Berlin, Hamburg, atau Cologne, yang cenderung lebih liberal dan kurang mendukung kebijakan partai tersebut. Oleh karena itu, meskipun AfD kuat di wilayah bekas Jerman Timur, mereka mungkin menghadapi kesulitan untuk mendapatkan dukungan yang signifikan di daerah-daerah Jerman yang lebih maju dan multikultural. Tantangan demografis ini dapat membatasi potensi pertumbuhan AfD di tingkat nasional.

Pengaruh Terhadap Politik Internasional & Indonesia

Kemenangan Partai Sayap Kanan AfD di Jerman membawa dampak signifikan tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga dalam konteks politik internasional, terutama di Eropa dan Amerika Serikat. Kemenangan AfD dapat memperkuat dan menambah semangat gerakan-gerakan sosialis dan ultra nasionalis dengan mengangkat narasi yang sama. Di Amerika Serikat, kelompok-kelompok ultra nasionalis, seperti gerakan MAGA (Make America Great Again), mungkin terinspirasi oleh kemenangan AfD sebagai bukti keberhasilan retorika anti-imigrasi dan nasionalis dalam memenangkan pemilu. Disisi lain, kemenangan AfD juga dapat mengubah dinamika politik di Uni Eropa. AfD dikenal skeptis terhadap Uni Eropa dan mendorong kebijakan yang lebih nasionalis, yang dapat memengaruhi kebijakan kolektif Eropa, terutama dalam hal imigrasi dan hubungan dengan Rusia. Ini dapat memperkuat blok sayap kanan di dalam Parlemen Eropa, yang pada gilirannya dapat mendorong kebijakan yang lebih proteksionis dan memperlemah solidaritas Eropa.

Ketegangan dengan Amerika Serikat tentu akan sangat berpotensi terjadi. Mengingat, AfD menentang dukungan militer Jerman terhadap Ukraina dalam konflik dengan Rusia. Terlebih selama ini AS mendukung Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia. Jika AfD mendapatkan pengaruh lebih besar dalam pemerintahan, hal ini dapat memicu pergeseran kebijakan luar negeri Jerman yang lebih pro-Rusia, yang berlawanan dengan posisi Amerika Serikat. Ketegangan ini bisa memperlemah aliansi trans-atlantik dalam menghadapi Rusia dan mengubah keseimbangan geopolitik di Eropa.

Kemudian, jika AfD memenangkan Pemilu secara nasional, tentu akan berpengaruh juga terhadap Indonesia secara Geopolitik. Potensi adanya kebijakan proteksionis akan mempengaruhi hubungan perdagangan kedua negara tersebut. Jika Jerman menerapkan kebijakan perdagangan yang lebih ketat, ini dapat berdampak pada ekspor dan investasi Indonesia di pasar Eropa.  Dengan kebijakan luar negeri Jerman yang mungkin lebih nasionalis, kerjasama internasional dalam isu-isu global seperti perubahan iklim, pembangunan, dan hak asasi manusia dapat terpengaruh. Indonesia yang aktif dalam forum internasional mungkin menghadapi tantangan dalam menjalin kerjasama dengan Jerman dalam isu-isu tersebut. Selain itu, tak kalah penting dan perlu menjadi atensi adalah jika AfD berhasil mempengaruhi kebijakan imigrasi Eropa, ini bisa berdampak pada diaspora Indonesia di Eropa, termasuk di Jerman. Kebijakan imigrasi yang lebih ketat bisa mempengaruhi mobilitas tenaga kerja dan mahasiswa dari Indonesia yang ada di Jerman.

Penutup

Dengan kemenangan bersejarah AfD di Thuringia, Jerman memasuki babak baru dalam politik domestiknya. Keberhasilan partai sayap kanan ini mencerminkan ketidakpuasan mendalam di kalangan masyarakat yang merasa terpinggirkan oleh kebijakan arus utama. Momen ini bukan hanya merubah lanskap politik Jerman, tetapi juga menandakan potensi dampak yang lebih luas, baik di tingkat Eropa maupun global. AfD, dengan agenda nasionalis dan anti-imigran, memperlihatkan bagaimana ketidakpuasan sosial dapat digunakan untuk mendongkrak kekuatan politik.

Pengaruh kemenangan AfD terhadap politik internasional dan hubungan dengan negara lain, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa, dapat menimbulkan ketegangan baru dan perubahan dinamika geopolitik. Pendekatan yang lebih skeptis terhadap Uni Eropa dan kebijakan luar negeri yang mungkin lebih pro-Rusia bisa mempengaruhi aliansi trans-atlantik dan stabilitas politik di Eropa. Sementara itu, bagi Indonesia, potensi kebijakan proteksionis dan perubahan dalam kerjasama internasional yang mungkin terjadi juga perlu menjadi perhatian. Dampaknya bisa dirasakan pada perdagangan, investasi, dan mobilitas diaspora Indonesia.

Kemenangan ini juga menggarisbawahi pentingnya memahami perubahan politik di Jerman sebagai cerminan dari ketidakpuasan global yang lebih luas. Meskipun AfD menghadapi tantangan dalam memperluas pengaruhnya di seluruh Jerman, kemenangan mereka di Thuringia menunjukkan bahwa partai sayap kanan mampu memanfaatkan ketidakpuasan lokal untuk meraih sukses. Ke depan, perkembangan ini akan terus mempengaruhi kebijakan domestik dan internasional, serta memberikan dampak yang signifikan bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia, dalam menavigasi hubungan internasional yang semakin kompleks.

You may also like

Leave a Comment

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?
-
00:00
00:00
Update Required Flash plugin
-
00:00
00:00