Dinamika Gerakan Serikat Pekerja Indonesia Dari Dialog Sosial Hingga Aksi Jalanan

Perlawanan Buruh dan Lanscap Politik Baru terkait Peta Gerakan Serikat Buruh Indonesia hingga tahun 2025

Oleh : Fithrah K

I. LATAR BELAKANG

Pergerakan serikat pekerja/buruh di Indonesia mengalami evolusi panjang sejak era kolonial hingga masa pasca reformasi. Pada era kolonial, organisasi seperti Personeel Fabriek Bond (PFB) di tahun 1905 menjadi pionir. Masa pasca kemerdekaan ditandai dengan munculnya Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) yang berhaluan kiri, namun ditekan pada masa Orde Baru melalui dominasi tunggal wadah Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). Reformasi 1998 menjadi titik balik bagi pluralisme serikat pekerja di Indonesia, ditandai dengan lahirnya berbagai federasi dan konfederasi.

Memasuki tahun 2025, struktur gerakan buruh menunjukkan polarisasi yang tajam: satu sisi mengedepankan dialog sosial dan advokasi kebijakan; sisi lain mengusung mobilisasi aksi massa dan perlawanan ideologis. Fenomena ini semakin kompleks dengan munculnya aliansi lintas konfederasi seperti GEBRAK (Gerakan Bersama Rakyat) yang menjadi ruang perlawanan buruh anarko-sindikalis.

II. PEMBAHASAN

Pergerakan serikat pekerja di Indonesia memiliki sejarah panjang yang merefleksikan perubahan politik, sosial, dan ekonomi bangsa. Dimulai sejak masa kolonial dengan terbentuknya Personeel Fabriek Bond (PFB) hingga saat reformasi 1998 membuka ruang kebebasan berserikat, memunculkan banyak federasi dan konfederasi serikat pekerja. Namun, fragmentasi yang terjadi tidak serta-merta memperkuat posisi tawar buruh.

Fenomena ini menjadi semakin kompleks dengan lahirnya aliansi lintas konfederasi seperti GEBRAK yang berkarakter radikal, serta kecenderungan melemahnya daya tawar politik serikat dalam isu-isu strategi ketenagakerjaan nasional. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan dan strategi pergerakan serikat pekerja Indonesia pasca reformasi hingga 2025 dengan menggunakan pendekatan teoritis seperti Pluralisme Serikat Buruh – Pluralisme dalam perburuhan memunculkan kompetisi representasi yang dapat memperkuat atau melemahkan solidaritas buruh (Hyman, 2001), Gerakan Sosial Baru (New Social Movements) – Menjelaskan bahwa gerakan buruh kini tidak hanya berfokus pada ekonomi, tetapi juga identitas, representasi, dan keadilan sosial (Melucci, 1996), Hegemoni Gramsci – Relevan untuk menjelaskan bagaimana serikat buruh memperebutkan ruang ideologis dalam struktur negara dan pasar melalui konsensus atau konfrontasi (Gramsci, 1971).

A. Struktur dan Fragmentasi Organisasi Serikat Buruh

Serikat buruh di Indonesia tersusun secara hierarkis: Konfederasi → Federasi → Serikat tingkat perusahaan. Hingga 2025, terdapat 24 konfederasi yang eksis namun belum seluruhnya terverifikasi oleh pemerintah. Adanya dualisme internal dalam sebuah konfederasi serikat seperti di KSBSI antara faksi KSBSI “Seluruh Indonesia” yang dipimpin oleh Elly Rosita Silaban dan KSBSI “Sejahtera Indonesia” yang pernah dipimpin Alm. Dr. Muchtar Pakpahan yang saat ini masih dilanjutkan oleh anak kandungnya dan masih memiliki pengaruh di KSBSI versi Sejahtera Indonesia. Selain itu, dualisme kepemimpinan KSPSI antara Jumhur Hidayat dan Yorrys Raweya. Hal itu memperlihatkan lemahnya kohesi internal yang masih memerlukan verifikasi oleh pemerintah pusat sebagai kontrol dari sebuah gerakan serikat pekerja seluruh indonesia.

B. Konfederasi Utama dan Orientasi Politiknya

Pasca reformasi 1998, Indonesia mengalami sejumlah dinamika perubahan keserikatan pekerja buruh, termasuk terbentuknya berbagai konfederasi nasional. Hingga di tahun 2025, terdapat beberapa konfederasi utama yang telah tercatat di kementerian ketenagakerjaan secara hukum yang sah, meliputi:

  1. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) – Saat ini dipimpin oleh Said Iqbal (selaku ketua umum dari Dewan Eksekutif Partai Buruh) Konfrontatif dalam isu-isu seperti Omnibus Law, aktif dalam AASB, kerap menjadi motor aksi besar. Federasi yang tergabung dalam KSPI meliputi, Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Serikat Pekerja Nasional (SPN), Federasi Serikat Pekerja Kimia, Energi, Pertambangan, Minyak, Gas Bumi dan Umum (FSP KEP), Federasi Serikat Pekerja Farmasi dan Kesehatan Reformasi (FSP Farkes Ref), Federasi Serikat Pekerja Industri Semen Seluruh Indonesia (FSP ISSI), Federasi Serikat Pekerja Pariwisata Reformasi (FSP PAR Ref), Federasi Serikat Pekerja Percetakan, Penerbitan, dan Media Indonesia (FSP PPMI), ASPEK Indonesia (Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia), Forum Pendidik, Tenaga Honorer Swasta Indonesia (FPTHSI), Serikat Buruh Perjuangan Indonesia (SBPI), dan Federasi Serikat Pekerja Farmasi dan Kesehatan KSPI (FSP Farkes KSPI). Selain itu, ada juga Federasi Serikat Pekerja ASPEK Indonesia.
  2. Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) – Saat ini dipimpin oleh Elly Rosita Silaban (periode kedua hingga tahun 2027) yang memiliki orientasi pemahaman yang moderat, pro-dialog, aktif secara internasional (ILO, ILC), tetapi tetap kritis terhadap kebijakan neoliberal. Menyambut rencana Dewan Kesejahteraan Buruh namun menuntut realisasi cepat. Federasi yang tergabung dalam KSBSI meliputi, Federasi Serikat Buruh Solidaritas Indonesia Riau (FSBSI Riau), Federasi Serikat Buruh Lampung (FSBL), Serikat Buruh Sejahtera Indonesia 1992 (SBSI 1992), Federasi Makanan, Minuman, dan Industri (FM2I), Serikat Pekerja Prodia (SP Prodia), Serikat Pekerja BCA Bersatu (SP BCA Bersatu), dan Federasi Serikat Pekerja Makanan, Minuman, dan Industri (FSPM2i). Selain itu, KSBSI juga memiliki anggota dari berbagai sektor, seperti Garteks, Lomenik, KUI, Hukatan, Kikes, Fesdikari, FTA, Bupela, Nikeuba, FPE, dan Kamiparho. Lebih lanjut, KSBSI merupakan transformasi dari Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) yang pada awalnya memiliki 11 federasi afiliasi.
  3. Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) – Saat ini, KSPSI mengalami dualisme kepengurusan antara Jumhur Hidayat dan Yorrys Raweya. Konfrontatif dalam isu-isu Omnibus Law, sebagai penggerak motor aksi dan aktif berperan di tingkat internasional yang pernah memimpin delegasi buruh Indonesia pada sidang ILC (International Labour Conference). Federasi yang tergabung dalam KSPSI meliputi, FSP TSK (Tekstil, Sandang, dan Kulit), FSP NIBA (Niaga, Bank, Jasa, dan Asuransi), FSP RTMM (Rokok, Tembakau, Makanan, Minuman), dan masih banyak lagi. Selain itu, KSPSI juga menaungi berbagai Serikat Pekerja Anggota (SPA) yang lebih spesifik berdasarkan jenis pekerjaan atau perusahaan.
  4. Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) – Saat ini dipimpin oleh Ristadi, sebuah konfederasi yang menyerukan proteksionisme ekonomi dan perlindungan pekerja domestik. Aksi di Hari Lahir Pancasila 2025 memperlihatkan kombinasi simbolik dan strategi tekanan. KSPN dibentuk dan dideklarasikan oleh tujuh Federasi serikat pekerja/buruh di tingkat Nasional melalui Kongres KSPN Nusantara pertama kali yang dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2022 di Hotel Grasia Semarang. Federasi yang tergabung dalam KSPN meliputi Federasi Kesatuan Serikat Pekerja Nasional (FKSPN), Federasi Ikatan Serikat Buruh Indonesia (FISBI), Federasi Serikat Pekerja Indonesia Bersatu (FSPIB), Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSPSI), Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Pembaharuan (FSPSI Pembaharuan), Federasi Serikat Buruh Bandung (FSBB), dan Federasi Serikat Pekerja Otomotif Indonesia (FSPOI).
  5. Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) – Saat ini dipimpin oleh Sunarto aktif dalam berbagai isu perburuhan seperti upah layak, jaminan sosial, hak cuti, dan menentang praktik kerja kontrak yang merugikan, serta diskriminasi hak pekerja perempuan. Secara internasional, KASBI berafiliasi dengan Federasi Serikat Pekerja Dunia (WFTU) yang berpusat di Athena, Yunani. Ketua Umum KASBI saat ini adalah Sunarno, yang menjabat untuk periode 2023-2027.

C. Kelompok Anarko-Sindikalis dan GEBRAK

Gerakan Buruh Bersama Rakyat (GEBRAK) menjadi wadah penting bagi kelompok buruh progresif-radikalis, termasuk KASBI, FBLP, SGBN, dan lainnya. Yang dimaksud dengan Anarko-Sindikalis, dalam hal ini, aliran ini memandang serikat buruh (sindikalis) sebagai organisasi utama dalam perjuangan melawan kapitalisme dan negara. Mereka percaya bahwa pekerja harus mengorganisir diri mereka sendiri dalam serikat buruh untuk mencapai perubahan sosial yang revolusioner. Anarko-sindikalisme adalah salah satu aliran dalam gerakan anarkisme yang berfokus pada perjuangan kelas pekerja melalui serikat buruh. Mereka percaya bahwa serikat buruh adalah alat revolusioner untuk menggantikan kapitalisme dan negara dengan masyarakat baru yang dikelola secara demokratis oleh pekerja.

Adapun organisasi yang tergabung dalam aliansi GEBRAK meliputi: Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI), Konfederasi Serikat Nasional (KSN), Sentral Gerakan Buruh Nasional (SGBN), Jaringan Komunikasi Serikat Pekerja Perbankan (Jarkom SP Perbankan), Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), Sekolah Mahasiswa Progresif (SEMPRO), Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI), Liga Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (LMID), Perempuan Mahardhika, Federasi Pelajar Indonesia (FIJAR), Lembaga Bantuan Hukum Jakarta (LBH Jakarta), Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Kesatuan Perjuangan Rakyat (KPR), Federasi Perjuangan Buruh Indonesia (FPBI), Federasi Serikat Buruh Makanan & Minuman (FSBMM), Federasi Serikat Pekerja Mandiri (FSPM), Federasi Pekerja Industri (FKI), Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI), Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Greenpeace Indonesia (GP), Trend Asia (TA), Aliansi Jurnalis Independent (AJI), Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KONTRAS), BEM STIH Jentera, Serikat Pekerja Kampus (SPK), Rumah Amartya, Lembaga Informasi Perburuhan Sedane (LIPS), Komite Revolusi Pendidikan Indonesia (KRPI), Kesatuan Serikat Pekerja Medis dan Tenaga Kesehatan Indonesia (KSPMTKI), Perserikatan Sosialis (PS), Pusat Perjuangan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional (PEMBEBASAN). GEBRAK memosisikan diri sebagai antitesis dari pendekatan dialogis, dengan menolak kooptasi politik dan menjadikan aksi jalanan sebagai medium utama.

  • Nining Elitos dari KASBI menyebut May Day 2025 sebagai “pesta seremonial” yang tidak merepresentasikan penderitaan buruh (Hasil Wawancara Pijar yang diperkuat oleh sumber lain: CNN Indonesia, 2025).
  • Meski menolak kooptasi politik, tokoh GEBRAK tidak menutup ruang dialog jika substantif dan tidak merugikan kelas pekerja.

D. Strategi Aksi dan Mobilisasi

Pergerakan seluruh konfederasi serikat pekerja di Indonesia memiliki berbagai motif dalam melakukan aksi yang dilakukan, baik secara dialog maupun aksi turun ke jalan dalam mengawal atau merespon kebijakan pemerintah yang bersinggungan terhadap segala aspek yang mempengaruhi kepentingan dan hak para buruh. Adapun strategi aksi dan mobilisasi dari masing-masing konfederasi yang biasa dilakukan, diantaranya:

  1. KSPI sebuah Konfederasi terbesar dan paling aktif dalam mobilisasi aksi skala nasional. Berbasis kuat pada FSPMI (Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia). Berhaluan Populisme dengan nama Partai Buruh.
  2. KSPSI sebuah konfederasi yang menggunakan aksi massa sebagai bentuk tekanan, namun juga mengkombinasikannya dengan pendekatan parlemen (parlemen jalanan) dan advokasi hukum untuk mencapai tujuan perjuangan.
  3. KSBSI sebuah konfederasi yang lebih mengandalkan pendekatan kebijakan dan diplomasi sosial, terutama melalui partisipasi dalam forum nasional dan internasional (ILO, ILC).
  4. KSPN sebuah konfederasi yang kerap melancarkan aksi lebih mengedepankan momentum simbolik seperti Hari Lahir Pancasila untuk aksi damai, menghindari konfrontasi langsung demi menjaga stabilitas industri.
  5. GEBRAK koordinator KASBI lebih fokus mempertahankan strategi aksi jalanan dan mogok sebagai tekanan politik. Keberadaan tokoh-tokoh seperti Nining Elitos menunjukkan konsistensi garis perjuangan kelas.

E. Tuntutan Utama Buruh di Tahun 2025

  • Revisi UU Cipta Kerja (Omnibus Law)
  • Penolakan terhadap PHK massal
  • Perlindungan pekerja outsourcing dan honorer
  • Peningkatan upah minimum
  • Penertiban impor ilegal dan revisi Permendag No. 8/2024

F. Visualisasi Tambahan

  1. Peta Relasi Serikat Buruh (2025):
    • KSPI: FSPMI, AASB, afiliasi politik nasional o KSBSI: Independen, aktif di ILO/ILC o KSPN: Relasi dengan Rosan Roslani, orientasi pragmatis o GEBRAK: KASBI, FBLP, SGBN (ideologis-kiri-radikalis)
  2. Garis Waktu Aksi Buruh (2023–2025):
    • 2023: Aksi nasional menentang Omnibus Law (KSPI, GEBRAK) o 2024: Mogok nasional sektor manufaktur (FSPMI)
    • Mei 2025: May Day Monas (Gebrak kontra-seremonial), KSBSI dukung

Dewan Kesejahteraan Buruh o Juni 2025: Aksi KSPN di Hari Lahir Pancasila menuntut revisi Permendag 8/2024

IV. KESIMPULAN

Pergerakan serikat buruh Indonesia pasca reformasi hingga tahun 2025 menunjukkan kompleksitas orientasi dan strategi. Satu sisi menunjukkan kematangan dalam institusionalisasi dialog (KSBSI, KSPN), namun sisi lain tetap mempertahankan perlawanan struktural melalui aksi jalanan (KASBI, GEBRAK).

Fragmentasi internal, belum jelasnya verifikasi konfederasi, dan rendahnya posisi tawar terhadap negara menunjukkan perlunya konsolidasi gerakan buruh nasional. Meski begitu, pluralisme ini juga menjadi kekuatan dalam membentuk keseimbangan antara negosiasi dan tekanan politik terhadap kebijakan negara yang dinilai merugikan kelas pekerja.

Artikel ini bertujuan memetakan dinamika aktor buruh, pendekatan yang digunakan, serta posisinya terhadap negara dan kapital dalam konteks kebijakan ketenagakerjaan nasional.

Related posts

Idealisme yang Tergerus Transaksionalisme Akademik dan Politik

Reformasi 25 Tahun: Dari HarapanDemokrasi ke Realitas Kekuasaan

Paradoks Humanitarianisme dalam Aksi Demo: Peran NGO Asing dalam Aksi Demonstrasi yang Destruktif

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Read More